Minggu, 24 April 2011

Ungkapan Bisu Sebuah Hati


Bulan
Bulan

Malam hari ini bulan begitu dekat dengan bumi
Meski tak mampu kulihat penuh perupaannya
Tapi segurat tanda dalam cahaya pucat pasi
Memberi arti melirik makna mengungkap tanya
Malam hari ini saat pasang di pantai-pantai hati
Mengabarkan kabar sayup-sayup kegembiraan
Meski dingin sepoi angin malam memecah ombak
Tak terasa dalam keterasingan janggal aku berdoa
Malam hari ini saat mata-mata mulai terpejam
Melukis mimpi merajut angan menguak tabir sisi
Mengusir penat seperti mereka yang telah terlelap
seakan enggan kulakukan atas kegusaran anonim
Malam hari ini saat aku kembali pulang dalam sesal
Ternyata demikian sulit untuk mendedah satu rasa
Menyadari implisitas yang terpendam dalam raga
Mencoba bangkit untuk sekedar menyapanya…
Saat aku takut menyadari
Adakah sebuah keadaan di sini
Saat hari-hari kemarin telah kulewati
Dan takkan pernah kembali lagi…

Kamis, 14 April 2011

Pesta Kesenian Bali (PKB) / Balinesse Art Festival




    
   
Artikel “Sejarah Pesta Kesenian Bali” adalah copy paste dari website Liputan Khusus Bali Travel News
SEJARAH PESTA KESENIAN BALI
Pesta Kesenian Bali diselenggarakan sebagai upaya persembahan karya cipta seni terbaik masyarakat. Bilapun kini masyarakat berkeinginan memilih antara kesenian dan kerajinan, profan dan sekular, pesanan dan kreativitas murni masyarakat Bali, semua itu mereka kerjakan dengan semangat “persembahan “. Perbedaan itu tidak akan mengurangi hakekat berkesenian. Kegiatan berkesenian didasari oleh motivasi sebagai persembahan yang terbaik dan “spirit” dalam segala aktivitas masyarakat Bali.
Seni yang ditampilkan adalah persembahan dan karya cipta yang dihasilkan juga sebagai persembahan. Hal ini yang masih dijadikan. Persembahan seni dan karya cipta mengandung makna pembebasan yang iklas yang dalam ajaran Hindu sering disebut dengan yadnya. Yadnya yang dipersembahkan melalui seni dan karya cipta menjadikan hasil ciptaannya sebagai persembahan terbaik, maka sedapat mungkin seseorang seniman tidak akan mempersembahkan miliknya atau karyanya yang paling jelek atau seadanya, apalagi persembahan itu berupa seni dan karya cipta yang terlahir dari budi daya sebagai hulu cinta kasih dan peradaban rohani seni masyarakat.
Pesta Kesenian Bali merupakan media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni budaya serta

Asal mula tari joged bungbung


tari1
Seni tari tidak bisa terlepas dari budaya yang menghasilkannya. seni tari mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti dalam konteks ritual, dalam hal ekspresi estetik murni, maupun sebagai media komunikasi personal maupun kolektif. Namun dinamika budaya masyarakat ikut membawa perubahan – perubahan pada seni tari. Perubahan itu terjadi, baik pada aspek bentuk, fungsi, maupun maknanya.
Ragam dan gaya seni tari adalah kristalisasi dari nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya. Seni tari Bali dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
1.Tari Wali, yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana atau pelaksana upacara agama. Contohnya : Tari Rejang dan Tari Sanghyang.
2.Tari Bebali, yaitu tarian yang berfungsi sebagai penunjang jalannya upacara yang dalam pementasannya memakai lakon. Contohnya : Tari Topeng.
3.Tari Balih – balihan, yaitu tarian yang tidak tergolong tari Wali dan Tari Bebali yang khusus dipertunjukkan untuk hiburan. Contohnya : Tari Joged.

Asal Mula Tari Sanghyang Dedari di Desa Bona


bali_sanghyang
Tari Sanghyang merupakan tarian yang sakral yang tidak untuk dipertontonkan sebagai fungsi pertunjukan, tetapi hanya diselenggarakan dalam rangkaian upacara suci, berunsurkan kerawuhan. Tari Sanghyang Dedari adalah tarian yang dibawakan oleh satu atau dua orang gadis kecil. Asal mula adanya Tari Sanghyang di Bali tidak di ketahui secara pasti, namun para ahli memberikan dugaan-dugaan tentang asal mula tarian Sanghyang ini. Mengenai asal mula tarian Sanghyang Dedari di Desa Bona, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kira-kira pada tahun 1907 di Desa Bona terjadi wabah cacar yang sangat hebat, wabah ini menular dengan cepatnya, sehingga banyak anggota masyarakat yang terserang wabah cacar. Hal ini menimbulkan keresahan dandan kekhawatiran masyarakat Desa Bona, konon ada beberapa anak gadis yang sedang bermain- main dipura puseh mereka membersihkan dan membakar bekas banten-banten yang sudah kering sesudah upacara “odalan”. Sambil menyanyikan lagu-lagu Sanghyang yang pernah didengarnya dari penyanyi- penyanyi Sanghyang. Dengan tidak diduga-duga salah seorang dari anak gadis tersebut kerawuhan, kemudian menari- nari mengikuti irama lagu tadi. Mengetahui hal ini masyarakat setempat memutuskan untuk nangiang Sanghyang Dedari, dengan harapan agar dapat menanggulangi wabah yang sedang berjangkit. Sejak saat itulah  adanya Sanghyang Dedari di Desa Bona.

asal usul tari Pendet


tari-pendet
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara.

Asal Usul Bali Terunyan


Filed under: Asal Usul — po3tra78 @ 12:38 pm
Tags:

Nama dari Desa Terunyan berasal dari kata “Taru dan Menyan”, pohon berbau harum yang tumbuh di desa itu, orang-orang disana percaya bahwa pohon itu sangat penting. Mayat orang yang meninggal diletakkan di atas kuburan terbuka di bawah pohon tersebut dengan wajah terbuka dengan hanya memakai kain putih dan “ancak saji”. Cara penguburan ini disebut “Mepasah”.
Desa Terunyan sebagai bagian dari kecamatan Kintamani terletak di tepi Danau Batur atau di Kaki sebelah Barat dai Gunung Abang. Penduduk desa ini adalah keturunan asli bali Age. Dengan aspek kebudayaan yang unik, desa ini dapat dicapai dengan boat dari desa Kedisan, menyeberangi Danau Batur selama ± 30 menit.
Kabut tipis membalut bagian-bagian atas lembah di sisi timur danau. Cahaya yang menyilaukan dari kejauhan berangsur jadi pemandangan dusun yang sunyi saat perahu merapat ke Terunyan.
“Selamat datang di Desa Terunyan,” ujar seorang laki-laki setengah baya. Ia menarik dan menambatkan perahu yang kami tumpangi, sekaligus menempatkan papan kayu sebagai pijakan kaki untuk menapak daratan.

asal usul barong bali

 Dulu aku pernah baca sebuah buku... dan ini adalah cerita yang SELURUH RAKYAT INDONESIA harus tau.... masa orang bule bisa tau, kita malah enggak... setidaknya... pernah baca donk! Oke...


Prabu Yudistira yang berpermaisurikan Kunti adalah raja yang dihormati di Bali. Beliau memiliki putera yang tampan, pintar, dan berbudi luhur bernama Sadewa. Suatu kali permaisuri berperilaku aneh. Sadewa yang beranjak dewasa, melihat ibunya sering menggigil ketakutan langsung menanyakan penyebabnya. Jawaban sang ibunda dan sang ayahanda tidak memuaskan Sadewa, namun ia diam saja. Ketentraman rakyat Bali berubah sejak banyak orang tiba-tiba kerasukan setan, panas dingin, terkapar, dan mati dengan busa yang keluar dari mulut. Prabu Yudistira, Sadewa, punggawa, pembesar kerajaan, dan tabib sakti merundingkan pemecahan hal itu di balai permusyawaratan. Permaisuri di saat yang sama mengunci diri di kamar sambil mengenang saat dirinya sakit sewaktu mengandung Sadewa. Tak ada yang dapat menyembuhkannya, hingga pada suatu saat datang tabib sakti bernama Randa yang dapat mengusir roh jahat penyebab sakitnya permaisuri dan Randa meminta janin yang dikandung Kunti sebagai upahnya. Kunti berjanji menyerahkan puteranya setelah dewasa.

Hari itu gerimis turun dari tengah hari hingga malama. Randa yang tinggal di dalam gua yang menyeramkan sedang menyerahkan ilmu hitam di depan pedupaan. Di gua itu, Randa hidup bersama Kalika yang sudah dianggap puteri sendiri. Menyadari turun gerimis dari siang hari, Randa menyelidiki ke balai permusyawaratan apakah Yudistira hendak menghalangi ilmu hitamnya. Kunti yang geram pada ulah Randa, datang ke balai permusyawaratan dan mengatakan bahwa Randalah penyebab petaka itu. Yudistira yang mengetahui hal itu berencana menyerbu Randa di gua Lawa.